gtrees.net

Pangkas Asupan Kalori Bikin Umur Lebih Panjang? Ini Risetnya

A young man, a volunteer, a son carefully hugs his beloved grandmother, supports and helps an elderly woman in retirement, his grandparent. Young male and female elderly hands with wrinkles closeup.
Ilustrasi umur panjang. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Zhanna Danilova)

Jakarta -

Studi pada tikus menunjukkan hewan yang mengonsumsi kalori lebih sedikit memiliki rata-rata peluang hidup 30 persen lebih lama. Meski begitu, pembatasan kalori tidak boleh terlalu ekstrem lantaran bisa berakhir menjadi kekurangan gizi.

Para ilmuwan pertama kali menemukan fenomena ini pada tahun 1930-an, dan selama 90 tahun terakhir fenomena ini telah terjadi pada spesies mulai dari cacing hingga monyet. Penelitian selanjutnya juga menemukan bahwa banyak hewan yang dibatasi asupan kalorinya memiliki kemungkinan lebih kecil terkena kanker dan penyakit kronis lain, juga penyakit yang berkaitan dengan penuaan.

Namun terlepas dari semua penelitian tentang hewan, masih banyak yang belum diketahui. Para ahli masih memperdebatkan cara kerjanya, dan apakah yang lebih penting adalah jumlah kalori yang dikonsumsi atau jangka waktu makan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masih belum pasti apakah makan lebih sedikit juga dapat membantu orang hidup lebih lama. Pakar aging terkenal karena bereksperimen pada diri mereka sendiri dengan pola makan yang berbeda, tetapi studi umur panjang yang sebenarnya masih sedikit dan sulit dilakukan karena memerlukan waktu yang sangat lama.

Berikut adalah apa yang telah dipelajari para ilmuwan sejauh ini, sebagian besar melalui penelitian pada hewan, dan apa dampaknya bagi manusia.

ADVERTISEMENT

Para ilmuwan tidak mengetahui secara pasti mengapa makan lebih sedikit dapat menyebabkan hewan atau manusia hidup lebih lama, tetapi banyak hipotesis yang memiliki kecenderungan evolusi. Di alam liar, hewan mengalami periode pesta dan kelaparan, seperti yang dialami nenek moyang manusia. Oleh karena itu, biologi mereka (dan mungkin juga kita) berevolusi untuk bertahan dan berkembang tidak hanya pada musim kelimpahan, tetapi juga pada musim kekurangan.

Salah satu teorinya adalah, pada tingkat sel, pembatasan kalori membuat hewan lebih tahan terhadap stres fisik. Misalnya, tikus yang dibatasi kalorinya memiliki ketahanan lebih besar terhadap racun dan pulih lebih cepat dari cedera, kata James Nelson, profesor fisiologi seluler dan integratif di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio.

Penjelasan lain melibatkan fakta bahwa, baik pada manusia maupun hewan, mengonsumsi lebih sedikit kalori akan memperlambat metabolisme. "Ada kemungkinan semakin sedikit tubuh melakukan metabolisme, semakin lama tubuh dapat hidup," kata Dr Kim Huffman, seorang profesor kedokteran di Duke University School of Medicine yang telah mempelajari pembatasan kalori pada manusia.

"Tahukah Anda, perlambat saja rodanya dan ban akan bertahan lebih lama." tutur dia, dikutip dari Channel News Asia.

Pembatasan kalori juga memaksa tubuh untuk bergantung pada sumber bahan bakar selain glukosa, yang menurut para ahli bermanfaat bagi kesehatan, metabolisme dan, pada akhirnya, umur panjang. Beberapa peneliti menunjuk pada proses yang dikenal sebagai autophagy, saat tubuh memakan bagian sel yang tidak berfungsi dan menggunakannya sebagai energi. Ini membantu sel berfungsi lebih baik dan menurunkan risiko beberapa penyakit terkait usia.

"Faktanya, para ilmuwan berpikir bahwa salah satu alasan utama diet rendah kalori membuat tikus hidup lebih lama adalah karena hewan tersebut tidak sakit sedini mungkin," kata Dr Richard Miller, seorang profesor patologi di Universitas Michigan.

Bukti di Riset Lain

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan pada tikus secara eksplisit menguji efek pembatasan kalori dengan dan tanpa puasa intermiten. Para ilmuwan memberi hewan-hewan tersebut makanan rendah kalori yang sama, namun beberapa dari mereka hanya memiliki akses terhadap makanan tersebut selama dua jam, yang lain selama 12 jam, dan kelompok lainnya selama 24 jam.

Dibandingkan dengan kelompok tikus kontrol yang dapat makan makanan berkalori penuh pada kapan pun, tikus rendah kalori dengan akses 24 jam hidup 10 persen lebih lama, sedangkan tikus rendah kalori yang makan dalam jangka waktu tertentu mengalami peningkatan masa hidup hingga 35 persen.

Berdasarkan kumpulan temuan ini, Rafael de Cabo, penyelidik senior di N.I.A. yang membantu memimpin penelitian pada monyet di sana, kini berpendapat bahwa meskipun pembatasan kalori penting untuk umur panjang, jumlah waktu yang dihabiskan untuk makan, dan tidak makan, setiap hari juga sama pentingnya. Hal ini mungkin tidak hanya terjadi pada hewan, tetapi juga pada manusia.

Sulit untuk menjawab secara pasti apakah intermitten fasting, pembatasan kalori, atau kombinasi keduanya dapat menyebabkan orang hidup lebih lama.

"Saya rasa kita tidak memiliki bukti bahwa hal ini dapat memperpanjang umur manusia," kata Dr Nelson.

"Bukan berarti hal ini tidak bisa dilakukan, hanya saja buktinya "sangat sulit diperoleh karena dibutuhkan waktu seumur hidup untuk mendapatkan data tersebut," tuturnya.



Simak Video "Mitos atau Fakta: Olahraga Tiap Hari Cepat Turunkan Berat Badan"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat