gtrees.net

Kata BKKBN soal Pemadanan Data Stunting, Penyebab Angkanya Beda-beda

Kepala BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo (Foto: detikHealth/Suci Risanti Rahmadania)

Jakarta -

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo menyebut pemadanan data stunting antara elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) sangat penting.

"Jadikan data itu harus diverifikasi. Ada data EPPGBM itu datanya dapat dari posyandu melalui penembangan. Alatnya sudah baru, petugasnya sudah dilatih, kemudian dia mengerjakan serentak, hasilnya dikumpulkan. Data ini harus diverifikasi, karena data yang di EPPGBM itu sudah jauh di bawah 20 persen (stuntingnya)," kata dr Hasto saat ditemui di acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Tahun 2024 Kemenkes RI di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/4/2024).

Menurut dr Hasto, berdasarkan data EPPGBM jika dianalisis secara menyeluruh, angka stunting di Indonesia bisa di bawah 14 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itu, ia menekankan penting untuk mengulas atau mereview data SKI dan EPPGBM, kemudian dipadankan sehingga ada keselarasan data.

"EPPGBM itu seperti real count, sedangkan SKI itu seperti quick count, karena survei. Oleh karena itu, yang perlu kita sikapi seperti arahan Menteri Kesehatan, sekarang EPPGBM dimaksimalkan menjadi 100 persen, jadi penimbangan-penimbangan yang belum lengkap, dimaksimalkan sampai 100 persen," imbuh dr Hasto.

ADVERTISEMENT

"Kalau EPPGBM diverifikasi, saya yakin angkanya akan jauh di bawah 20 persen, sehingga saya yakin kalau menggunakan EPPGBM, datanya bahkan bisa di bawah 14 persen, tetapi kalau menggunakan angka survei, angkanya masih jauh, maka titik temunya saya kira ada diverifikasi EPPGBM bulan April, kemudian bulan Mei oleh Menteri Kesehatan," katanya.

dr Hasto juga menegaskan verifikasi dan validasi (verval) data EPPGBM bisa dilakukan dengan lebih akurat, karena di daerah sudah memiliki standar pengukuran balita yang jelas.

"Kalau dulu alatnya masih beda-beda, ada dacin, digital, itu belum seragam, sekarang seharusnya angka real count lebih bagus, dan sudah standar, karena alatnya sudah seragam," tuturnya.



Simak Video "Penjelasan BKKBN soal Usia Maksimal Hamil 35 Tahun Cegah Anak Stunting"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat