Direktur RS Medistra Jakarta, dr Agung Budisatria, menjelaskan duduk perkara awal mula gaduh pihaknya disebut melarang pegawai memakai jilbab. Ia menekankan hal itu hanya berawal dari kesalahpahaman.
dr Agung menyesalkan kabar tersebut diunggah begitu saja di media sosial X (Twitter) tanpa terlebih dahulu mengonfirmasi ke pihak RS.
"Isu terkait ini diawali dari postingan dari salah satu dokter spesialis yang langsung diposting ke sosial media tanpa klarifikasi ke kami, kami dari pihak manajemen sudah berusaha untuk menghubungi beliau, tetapi masih belum ada kesempatan," beber dr Agung dalam konferensi pers Rabu (4/9/2024).
"Jadi isu itu yang melebar dan kami sudah mengupayakan untuk melakukan konsolidasi internal juga ke luar," lanjutnya.
Beberkan Bukti Tak Ada Diskriminasi
Manajer Sumber Daya Manusia (SDM) RS Medistra Jakarta, Markus Triyono mengungkap sederet bukti tidak ada aksi SARA atau diskriminasi agama di lingkup RS. Salah satunya, 30 persen dari pegawai termasuk tenaga kesehatan dan dokter di sana berjilbab.
"Karyawan kami yang menggunakan hijab kurang lebih 30 persenan saat ini, dari sekitar 780," ungkap Markus dalam kesempatan yang sama.
Markus menyebut pihak RS juga selama ini menyediakan fasilitas ibadah bagi umat muslim termasuk masjid dan mushola.
"Kami juga menyediakan sarana ibadah, kami memiliki masjid dan mushola dan selalu dipergunakan oleh karyawan untuk salat, siraman rohani dan kegiatan lainnya," beber Markus.
NEXT: IDI hingga Asosiasi Rumah Sakit Swasta Angkat Bicara
Simak Video "Maaf RS Medistra Gegara Larangan Berjilbab"
[Gambas:Video 20detik]