gtrees.net

Fakta-fakta Varian COVID Baru 'Eris', Bikin Inggris Ketar-ketir Imbas Lonjakan Kasus

Doctor with a positive blood sample for new variant detected of the coronavirus strain called covid Omicron. Research of new african strains and mutations of the Covid 19 coronavirus in the laboratory
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Diy13)

Jakarta -

Belum kelar dengan subvarian COVID-19 XBB, kini Inggris tengah diterpa dengan varian baru bernama 'Eris' atau subvarian Omicron EG.5.1. Para ahli khawatir munculnya varian baru ini dapat memicu gelombang baru COVID-19 di negara tersebut.

Hal ini dikarenakan 'cicit' Omicron itu menyebabkan lonjakan kasus, termasuk rawat inap di rumah sakit.

"Tingkat kasus COVID-19 terus meningkat minggu ini dibandingkan dengan laporan kami sebelumnya. 5,4 persen dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Sistem Data Mart Pernapasan diidentifikasi sebagai COVID-19. Ini dibandingkan dengan 3,7 persen dari 4.403 dari laporan sebelumnya," kata Badan keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dalam sebuah laporan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Varian' yang Paling Dominan Nomor 2 di Inggris

Kepala UKHSA menyebut varian ini memiliki keunggulan pertumbuhan 20,5 persen dibandingkan jenis varian maupun subvarian lainnya. Artinya, ia memiliki sifat lebih menular dibandingkan varian maupun subvarian yang tengah beredar di negara tersebut.

Berdasarkan data, subvarian Omicron itu telah menyumbang 14,6 persen kasus, menjadikannya yang paling umum kedua di Inggris setelah subvarian Omicron XBB1.16. Tingkat pertumbuhan didasarkan pada sampel pengujian positif yang dilakukan di rumah sakit.

"Arcturus Subvarian Omicron atau disebut XBB.1.16, itu adalah varian yang paling dominan, menyebabkan 39,4 persen dari semua kasus," menurut data UKHSA.

Tengah Dipantau Ketat WHO

Varian 'Eris' ini telah diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada Juli. Hal ini menyusul prevalensinya yang tercatat di Inggris dan meningkatnya kasus secara internasional, khususnya di Asia.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meski orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi yang terjadi sebelumnya, negara tetap tak boleh lengah.

WHO juga mewanti-wanti bagi orang yang berisiko tinggi, seperti lanjut usia dan komorbid, untuk memakai masker di tempat ramai, mendapat booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi udara yang memadai di dalam ruangan.

"Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk COVID-19," lanjutnya lagi.

NEXT: Gejala hingga Perlukah Khawatir?

Saksikan juga SOSOK pilihan minggu ini: Membaca Watak ala Tessa Sugito

[Gambas:Video 20detik]





Simak Video "Membandingkan Tingkat Keparahan Varian Eris dengan Subvarian Sebelumnya"
[Gambas:Video 20detik]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat